Paradigma psikologi kepribadian Cognitive dan Behavioristic

28 Dec

Kepribadian

Definisi tentang kepribadian (sampai dengan buku sumber di tulis) yang paling banyak dianut oleh para pakar psikologi di Indonesia adalah dari G.W Allport (1971, dipublikasikan pertama kali tahun 1937), definisi tersebut adalah sebagai berikut :

” personality is the dynamic organization within the individual of those psychophycal systems that determine his unique adjustments to his environment”

Jadi, berdasarkan definisi diatas kepribadian mempunyai unsur-unsur sbb :

  1. ia adalah organisasi yang dinamis. Jadi, tidak statis, tetapi selalu berubah setiap waktu.
  2. Organisasi itu terdapat dalam diri individu. Jadi, tidak meliputi hal-hal yang diluar diri individu.
  3. Organisasi itu terdiri atas sistem psikis (menurut Allport, yaitu sifat, bakat, dsb) dan sistem fisik (anggota dan organ-organ tubuh) yang saling terkait.
  4. Organisasi itu menentukan corak penyesuaian diri yang unik dari tiap individu terhadap lingkungannya.

Jelaslah bahwa menurut Allport individu merupakan kesatuan tersendiri yang terpisah dari lingkungannya.

BEHAVIORISME

kaum behaviorisme lebih mengutamakan unsur fisik dari organisai kepribadian tersebut. Teori mereka didasari oleh pandangan I.P Pavlov (Sarwono,1991) yang melalui percobaan dengan anjingnya membuktikan bahwa perilaku dapat dikendalikan dengan memberi rangsangan tertentu melalui proses yang dinamakan kondisioning (pembiasaan). Anjing yang sudah dikondisikan untuk mendengar bel terlebih dulu sebelum mendapat makanannya, akan keluar air liurnya begitu mendengar bel, walapun makanannya belum tiba. Menurut Pavlov, hewan dan manusia pada dasarnya hanyalah terjadi dari jaringan-jaringan syaraf dan otot yang bereaksi secara tertentu jika diberi rangsang tertentu.

Dengan demikian, prilaku manusiapun dapat dikendalikan. bahkan, menurut J.B. Watson, kepribadian manusia dapat dibentuk melalui pemberian rangsang-rangsang tertentu. Salah satu ucapan Watson yang terkenal adalah “Berikan kepadaku selusin anak yang sehat. Aku akan membuat mereka seperti yang aku kehendaki, yaitu menjadi dokter, pemberani, bahkan menjadi penjahat atau pemalu”.

Kemudian, Skinner juga mengembangkan teori kondisioning operant. Menurut Skinner hewan atau manusia dapat dilatih agar bereaksi tertentu jika ada tanda-tanda (stimulus diskriman) tertentu saja. Demikianlah, orang membeli karcis kalau mau naik kereta api (hanya mau naik kereta api kalau mempunyai karcis), hormat kalau ada guru, mengangkat telpon kalau terdengar dering, mengucapkan terimakasih kalau dibantu orang, dsb. Menurut Skinner, manusia mengembangkan kemampuan sosial dan budayanya (bahasa, kesenian, dsb) melalui proses kondisioning operant ini.

Kognitif

Teori psikologi kognitif itu sendiri dapat dikatakan berawal dari pandangan psikologi Gestalt di Jerman beberapa saat sebelum Perang Dunia II. Mereka berpendapat bahwa dalam mempersepsi lingkungannya, manusia tidak sekedar mengandalkan diri pada apa yang dterima dari penginderaannya, tetapi masukan dari penginderaan itu di atur, saling dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu prilaku.

Definisi Belajar sosial (social kognitif) adalah perilaku dibentuk melalui konteks sosial. Perilaku dapat dipelajari baik, sebagai hasil reinformecement maupun reiforcement. (Bandura).

Pertama, Bandura berpendapat bahwa manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukan semata – mata bidak yang menjadi objek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi.

Kedua, Bandura menyatakan, banyak aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi dengan orang lain. Dampaknya, teori kepribadian yang memadai harus memperhitungkan konteks sosial di mana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara. Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan / mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu.

Determenis resiprokal adalah konsep penting dalam teori belajar sosial Bandura, menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai saling detirminis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan interpersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif sari organisasi dan sistem sosial. Teori Belajar Sosial berusaha menjelaskan tingkahlaku manusia dari segi interaksi timbal-balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkahlaku, dan faktor lingkungan. Dalam proses determinisme timbal-balik itulah terletak kesempatan bagi manusia untuk mempengaruhi nasibnya maupun batas-batas kemampuannya untuk memimpin diri sendiri (self-direction). Konsepsi tentang cara manusia berfungsi semacam ini tidak menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak berdaya yang dikontrol oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun sebagai pelaku-pelaku bebas yang dapat menjadi apa yang dipilihnya. Manusia dan lingkungannya merupakan faktor-faktor yang saling menentukan secara timbal balik (Bandura, 1977). Dengan kata lain, self diakui sebagai unsur struktur kepribadian. Saling determinis menempatkan semua hal saling berinteraksi di mana pusat atau pemula-nya adalah sistem self. Sistem self itu bukan unsur psikis yang mengontrol tingkah laku, tetapi mengacu ke struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme dan seperangkat fungsi – fungsi persepsi, evaluasi, dan pengaturan tingkah laku. Pengaruh self tidak otomatis atau mengatur tingkah laku secara otonom, tetapi self menjadi bagian dari interaksi resiprokal.

 

sumber : buku “Psikologi Sosial”  penulis “Sarlita Wirawan Sarwono”


Hello world!

26 Dec

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!